Perpeloncoan “Antara pendewasaan ataukah kebiasaan buruk”??

Posted: Juli 25, 2010 in catatan pendidikan
Tag:, , , ,

“Masih pantaskah kita sebagai generasi intelektual muda mempertahankan tradisi turun-temurun dari bangsa kolonial ini??para akademisi,marilah kita berbenah untuk generasi masa depan yang lebih baik”

Libur telah tiba…Libur telah tiba…Libur telah tiba….horee,horee,horee…… Nggak tau kenapa jadi inggat lagunya tasya walaupun libur sudah tinggal hitungan minggu. senang rasanya bisa melepas penat dari kesibukan jadwal kuliah yang begitu menguras otak. Buat adik-adik yang baru mulai masuk TK/playgroup saya ucapkan selamat mendapat teman baru di sekolahnya ya. Jadi inget kemarin waktu lihat berita di TV. hari pertama anak TK dan SD masuk sekolah pada lucu-lucu semua. ada yang nangis-nangis minta pulang, ada yang bawa dot sambil lari-lari, ada yang diem nggak mau bicara apa-apa (mungkin adek yang satu ini terkagum-kagum kali ya sampai nggak bisa mengucapkan sepatah katapunYellow Head Funny Smiley)apa jangan-jangan saya dulu juga kayak gitu ya waktu mulai masuk TK,Yellow Head Funny Smiley

Sahabat, kemarin waktu pulang dari kampus nggak sengaja saya lewat depannya sekolah SMP yang letaknya nggak jauh dari rumah. kebetulan anak-anak SMP waktu itu pas jamnya pulang sekolah jadi banyak anak yang lalu lalang nyebrang sana-sini. Yang lucunya lagi pas lewat situ saya lihat dandanan mereka itu lho kelihatan lebih mirip orang gila dari pada seorang pelajar. Bukannya maksud menghina tapi saya yang tanya sendiri ke anaknya. “dek-dek kenapa kok mau dandan kayak gitu”. Kemudian anak itu bilang “lagi ada MOS mas, di suruh kayak gini sama mas-masnya (kakak kelas maksudnya) terus katanya nggak boleh di lepas sampai pulang ke rumah” oOw ternyata lagi ada MOS ceritanya. Waktu saya tanya lagi ke adik  itu tentang kegiatan MOS untungnya nggak ada kekerasan sama sekali justru si adik bilang “asik,seru mas kegiatanya…banyak permainannya, di ajak muter-muter terus sama kakak kelas,pokoknya seru bangat deh mas” gitu kata adik itu.

Terus saya jadi mikir-mikir ” kapan ya MOS yang dalam dunia kampus biasanya lebih di kenal dengan Orientasi Mahasiswa Baru (OMB) bisa seperti itu. tanpa kekerasan, tanpa bentak-bentak, dan bisa buat yang ikut kegiatannya jadi fun Yellow Head Funny Smiley. saya sendiri masih ingat jelas ketika pertama kali OMB dulu. OMB di kampus saya biasanya di sebut pengkaderan kalau boleh di bilang ya itu sejenis dengan perpeloncoan/ospek. ketika menjelang hari-hari pengkaderan itu tiba kita diberi tugas oleh para senior.

senior: “adik-adik besok sebelum pengkaderan di mulai kalian harus memakai atribut yang sama. mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dan perlengkapan lain yang telah di jelaskan tadi “begitu kata salah satu senior yang di daulat memberikan mandat.

dan keesokan paginya….

senior baik: “adik-adik sudah tau kan kemarin saya suruh bawa apa?? sekarang tunjukkan semua penugasan yang saya berikan kemarin “

senior galak mulai provokasi kepada salah seorang maba (mahasiswa baru) : ” he,kamu sini…..kamu tau kemarin senior bilang apa??

maba: tau mas, di suruh membawa perlengkapan yang di tugaskan…

senior galak: terus??

maba: atribut harus sama…

senior galak: rambutmu sama nggak ??? di lihat ta lainnya 1cm semua kamu kok 2cm???

di tempat lain samar-samar terdengar suara:

senior galak lain: arit terus rumputnya biar rapi,haahahaha…

senior galak lain: he,yang atas itu sisakan dikit ya biar mirip “gogon”……

senior galak lain: request di terima,hehehe……krik,krik,krik….

senior yang di belakang pada ketawa semua melihat pengaritan di mulai…

ini hanyalah sekelumit cerita yang saya alami ketika masa-masa MOS dulu. banyak sekali  pelecehan yang mungkin jika di ceritakan di sini akan sangat panjang sekali mulai dari naik-naik pohon sambil menghafalkan jargon, membentak,mencaci-maki dan hal-hal konyol lainnya yang menjatuhkan martabat kita sebagai manusia sampai kekerasan fisik yang ilegal pun komplit . ironisnya sampai saya sekarang menjadi senior pun saya nggak bisa berbuat apa-apa. selain karena ini telah menjadi tradisi turun temurun, orang yang berfikiran seperti ini hanyalah sebagian minoritas atas mayoritas walaupun saya yakin mereka semua nggak ingin tradisi jaman jahiliyah ini tetap berlangsung.

saya nggak menyalahkan MOS karena memang tujuannya baik untuk membangun kebersamaan serta rasa perduli antar sesama. malah saya mendukung karena kebersamaan yang di pupuk hampir di semua universitas itu telah berhasil menumbangkan rezim soeharto yang di kenal sebagai seorang diktator pada zaman orde baru dan seharusnya kita patut bangga akan hal itu. tapi yang saya sesalkan adalah tata cara pelaksanaannya yang nggak masuk di akal. coba bayangkan ketika mereka berbangga-bangga bersama rakyat berhasil menumbangkan rezim soeharto tapi pada kenyataanya mereka malah melatih diri sendiri untuk menjadi ” the next soeharto”. ini sangat terlihat jelas saat pelaksanaan kegiatan ini di langsungkan semisal ketika para junior dilarang menegakkan kepada bahkan menatap ke depan pun nggak boleh ketika jalan di depan senior. mengiyakan semua perkataan senior baik itu benar/salah, memberi tugas kepada junior yang kelewat banyak padahal belum tentu juga kemampuan ekonomi tiap individu mumpuni untuk membeli segala barang pesanan dari senior apa lagi di tambah waktu yang sangat singkat dan hasilnya setelah acara ini usai dan mulai masuk kuliah saya yakin yang ada malah “stress” bukan “fresh” untuk menerima pelajaran dari dosen.

beberapa hari yang lalu saya coba mencari beberapa referensi untuk lebih mempertajam argumen tentang cikal bakal/asal mula perpeloncoan di negri ini. dan ternyata saya dapat kenyataan bahwa ini adalah tradisi turun temurun yang paling sukses yang di wariskan pemerintah kolonial belanda kepada bangsa indonesia. gimana tidak, sekarang kita sudah terbebas dari penjajahannya tapi warisan penjajahannya masih melekat kuat bahkan tumbuh subur di kalangan akademisi. jika saja kalian tahu gimana sejarah perpeloncoan/pengkaderan muncul di negri ini, harusnya kalian “malu” karena kalian telah melanjutkan tongkat estafet warisan dari bangsa kolonial belanda ini.

setelah saya mengumpulkan dan membaca beberapa referensi sebenarnya dulu pada zaman kolonial  tindakan kekerasan mahasiswa senior terhadap junior pertama kali di lakukan senior kulit putih (kolonial belanda) terhadap mahasiswa junior yang berasal dari stratifikasi paling bawah. karena mungkin naluri menjajah yang tinggi dari kolonial belanda sampai-sampai dunia pendidikan pada saat itu nggak luput dari penjajahan. ini terlihat dari tindakan kekerasan yang hanya di lakukan terhadap stratifikasi inlanders dan nggak di lakukuan terhadap stratifikasi vremsde oosterlingen. stratifikasi inlanders adalah sebutan untuk kasta terendah dari orang-orang pribumi (bangsa indonesia) sedangkan stratifikasi vremsde oosterlingen adalah sebutan untuk kasta terendah dari kolonial belanda. tujuannya jelas agar orang pribumi nggak betah sekolah di situ dan mereka nggak ingin orang pribumi menjadi pintar karena nantinya akan menyusahkan mereka untuk menjajah negri ini. dan karena regenerasi terus berlangsung pada akhirnya mereka (orang pribumi) yang mampu bertahan dari tindak kekerasan itu justru meneruskan tradisi ini karena mungkin dorongan balas dendam dan ini akhirnya menjadi turun temurun sampai sekarang.

seharusnya jika sahabat membaca cerita di atas maka sudah jelaslah kenapa kebiasaan ini harus di hapuskan. saya juga pernah menanyakan masalah ini ke teman saya satu jurusan:

anggap saja namanya si SA

SA: triz kenapa dirimu kok sekarang  jarang kelihatan di himpunan ??

triz: sudah bosen aq…paling-paling yang di bahas kalau nggak ngerjai maba ya ngelabui dosen biar acaranya bisa jalan…

kenapa sih kok masih pakai sistem kayak gini, dari pada tiap tahun bingung mikir cara ngerjain maba kan mending di buat mikir gimana merancang sistem perpeloncoan yang lebih baik, nggak bengok-bengok,bentak-bentak tapi nggak ngilangin esensi pengkaderan

SA: lha terus kalau kamu bilang gitu solusi mu gimana??nggak tau kan??

triz:Yellow Head Funny Smiley……..

ya inilah yang jadi pertanyaan saya sampai sekarang. soalnya sampai sekarang yang saya tahu belum ada rambu-rambu yang jelas tentang bentuk ideal dari pengkaderan jadi saya bingung harus jawab apa. kalaupun saya menjawab itu juga harus suatu jawaban yang kompleks yang bisa meyakinkan orang lain terlebih alumni bahwa sistem yang baru ini jauh lebih baik dari sistem yang ada sekarang ini.

sahabat, menurut kalian sistem seperti apa yang cocok untuk menggantikan sistem pengkaderan jahiliyah (bentak-bentak,bengok-bengok,dll) yang tentunya nggak menghilangkan tujuan dari pengkaderan itu sendiri (membangun kebersamaan, kepekaan terhadap lingkungan seekitar,berfikir kritis,dll)???

Salam Persahabatan ,-

~Semoga Bermanfaat~

thank’s to :my GOD,keluarga, unisosdem, kaahil, suarapembaruan,serta  para sahabat blogger yang telah menginspirasi terciptanya artikel ini.

Artikel lain:

artikel wordpress:

Tips memasang banner di blog

Trik memasang kode di postingan dengan benar agar bisa di copy paste pengunjung dengan baik

Cara memasang google translate di blog

kode gambar google translate

Cara memasang widget di sidebar

Cara memasang yahoo massanger di blog

Membuat latar belakang berwarna

artikel SEO:

artikel photography:

Situs gambar dan foto berkualitas tinggi

artikel kehidupan:

Indahnya kata maaf…

Kenyataan Tragis Di Balik Kemeriahan World Cup 2010

kisah di masjid ampel

artikel umum:

Sisi Lain World Cup 2010
 Afrika Selatan

Cara mendapatkan antivirus kaspersky gratis dan legal

memasang gambar animasi upin dan ipin di blog

Komentar
  1. sholikhudin17 berkata:

    Ya cobalah diposisi seorang pengkader,
    jangan hanya diposisi waktu maba….
    jangan lihat luarnya,tapi esensinya bagaimana?

  2. sholikhudin17 berkata:

    Ya Mestinya kalo sudah tau pengkaderan yang baik,
    monggo silahkan usul SC dan konseplah Pengkaderan yang ,menurut sampean baik,
    dan datang saat rapat komunaL warga,saya rasa sampean hanya pernah merasakan proses pengkaderan, tapi tak pernah menjadi seorang Pengkader,

  3. winant berkata:

    jadi ingat pertama kali masuk kampus
    serem…
    horor….
    menakutkan
    ajang seperti ini biasa dilakukan dan sebetulnya banyak tujuan baik yang terselip didalamnya
    sayangnya banyak oknum memanfaatkan kesempatan ini untuk memuaskan ego pribadinya
    akhirnya banyak maba yang seharusnya jadi lebih kreatif dan bermental baja menjadi trauma dan tentu saja menyimpan dendam kesumat untuk adik kelas tahun yang akan datang

  4. Yuan berkata:

    Lapor, ,saya calon Mahasiswa hru bru mau ospek, jd deg deg kan. .huft. . .

  5. dnariswari berkata:

    Tapi kalau gak ada MOS atau Ospek, gak akan ada cerita lho.. Hehe.
    Salam kenal 🙂

  6. abu ghalib berkata:

    kesannya memang seperti itu
    plonco jadi ajang balas dendam
    ini malah terkesan makin ga dewasa
    tapi kira2 kapan ya hal seperti ini akan berakhir???

  7. tunsa berkata:

    jadi inget waktu smk dulu….

  8. rangtalu berkata:

    ondeh mandeh, ambo ndak supakaik kalo ado ospek doh.. ndak ado manfaatnyo..
    🙂

  9. yakin mental bakal terbentuk dengan dibentak2? kok saya nggak yakin ya? 😀
    yang ada malah menjadi budaya yang turun temurun dan nggak ada habisnya

    • Triiz berkata:

      iya mas,saya juga nggak yakin,,
      dari sisi psikologis katanya orang yang sering di bentak2 juga akan menjadikan dia tempramental…
      ini sesuai dengan tabiat “jika ingin baik bertemanlah dengan orang yang bersifat baik,jika berteman dengan orang buruk ya kemungkinan kita juga ikutan buruk”

      salam persahabatan ,-

  10. b43r berkata:

    Sebenernya gpp si klo ospek keras…asal gak harus sampe fisik… klo cuma bentak2 buat ngelatih mental si gpp 😀 hehehe

  11. saya juga termasuk orang yang nggak setuju dengan adanya ospek atau perpeloncoan kayak gini.. ospek selalu berdalih untuk mengenalkan kampus, mengakrabkan antar maba dan juga senior, dan lain-lain yang bagus2.. tapi kenyataannya caranya seperti apa? dikerjain, diisengin, dipermalukan, dengan muka senior yang sok cool, sok galak yang justru membuat maba nggak klop dengan senior.. tapi herannya hal kayak gini terus dilestarikan.. heran gw.. :mrgreen:

    membawa tugas yang banyak ala ospek pasti membutuhkan dana yang nggak sedikit dan kemampuan finansial masing2 orang juga beda2. lalu untuk hukuman misal disuruh push up dan sebagainya, nggak setiap orang kuat push up puluhan bahkan ratusan kali.. kalau nggak kuat dibilang cemen, lemah, manja, cengeng.. halah.. meskipun saya kuat push up ratusan kali tapi saya nggak akan mengatakan begitu kepada teman saya yang nggak kuat.. meskipun sama2 cowok, kemampuan fisik setiap orang berbeda2 bahkan ada cewek yang kemampuan fisiknya melebihi cowok.. tapi kalo di ospek cowok berarti kuat, cewek berarti lemah yang harus dilindungi, nggak boleh melakukan hal yang berat2, apalagi kalo ceweknya bening dikit.. 😀

    saya setuju ospek untuk ditiadakan.. mending cari cara lain yang lebih bagus dan lebih bermanfaat daripada sekedar teriakan, makian, dan hukuman yang nggak jelass..

    tulisan yang bagus mas, salam kenal 🙂

    • Triiz berkata:

      tapi dengan ospek jg membuat kita lepas dari rezim soeharto mas…
      kalo mungkin dicari cara lain yang lebih bagus dan lebih bermanfaat mungkin ini solusi yang baik 😀

      salam persahabatan ,-

  12. MENONE berkata:

    udah jamanx lagi kayakx…………..

  13. nandini berkata:

    Kalo perploncoan dijadikan ajang balas dendam, kapan selesainya yah Triz??
    positifnya ploncoan model begini adalah mengasah bakat akting,.. engga ada yg lain deh kaya’nya.. 😀

  14. nurrahman berkata:

    pendidikan balas dendam

  15. cempaka berkata:

    Alhamdulilah,,,,,dulu ospek dikampuskuuuu gak ada bau2 kekerasan kak ^^

    kak… linknya sy pasang.. v sy bingung mau dikasih nama apa y??

  16. vany berkata:

    sbnrnya tergantung ospeknya jg siyh…
    ada yg pakai kekerasan, ada yg enggak…hehehhe
    kalo bagi saia siyh ospek mrpkn sarana utk mengakrabkan kita dg tmn seangkatan dan senior2…
    jd ada sisi positifnya jg siyh… 😛

    • iya,memang…yang pakai kekerasan juga tujuannya positif semua walaupun ada sebagian yang itu cuma di jadikan kedok untuk meneruskan tradisi mereka…
      cuma caranya aja yang salah 😦

      salam persahabatan ,-

  17. asepsaiba berkata:

    “Pelonco = Kolonialisme = Penjajahan” saya suka bagian ini…
    Menciptakan bibit2 diktator masa depan….
    Tapi, sy melihat banyak perbaikan di kampus2 yang dulu terkenal “keras”. mudah2an bisa menular ke yang lain…

    Salam hangat

  18. kang ian berkata:

    saya tidak setuju..
    mungkin istilahnya aja yang diganti..
    jangan jadikan maba trauma di awal masuk sekolah atau perkuliahan. ia pasti akan berfikir yang sama nanti ketika dia jadi senior..aka turun temurun. jika tidak diganti maka akan selamanya begitu..
    y banyak lah daripada ngelakuin hal konyol kaya gitu mending adakan acara2 manfaat ttg pengenalan kampus dan perkuliahan dan hal2 manfaat lagi hingga si maba betah dan akan semangat pas masuk nanti

  19. krupukcair berkata:

    terkadang ada yang berargumen bahwa perploncoan dilakukan agar seluruh siswa atau mahasiswa seragam sehingga tak ada diskriminasi dengan model rambut yang sedang populer atau menurut kesukaan pribadi. Namun sebenarnya yang harus menjadi catatan adalah jika keseragaman dalam hidup itu ada, maka hidup akan menjadi stagnan dan monoton serta membosankan. Kebiasaan perploncoan adalah sebuah kebiasaan yang buruk sekali… 💡

  20. rizarahmi berkata:

    Beeeuhh… saya sangat tidak suka perpeloncoan 😦

  21. julicavero berkata:

    salam kenal sobat…kunjungi blog saya yak

  22. rumahsehatafiat berkata:

    wah perlu ga undang-undang bentuk pengkaderan. kalo ada , bisa diusulkan tuh

  23. sunandarajang berkata:

    menurut saya peloncoan tuh ga usah ada karena hanya menambah dendam antara senior dan junior
    lebih baik diisi dengan hala yang baik

  24. fitrimelinda berkata:

    wahh jadi inget waktu masa-masa ospek dulu..huhh..kenyang deh..malah pernah ditampar segala… maklum ospek diteknik lumayan keras sih..hixhixhix..

    tapi alhamdulillah sekarang udah ga kaya dulu lg karena ada nya peraturan n sangsi yg keras dari dekanat..

  25. yuyuk berkata:

    saya galak dulu pas jadi senior..tapi galaknya mendidik kok ga ngeluarin suara, ga pake fisik, cuma nyuruh ngerjain tugasnya agak banyakan dikit ;))

  26. julianusginting berkata:

    perpeloncoan hanya untuk memuaskan angkatan atas sob.. 😀

  27. achoey berkata:

    Saat kuliah dulu, aku merasakan bagaimana perpeloncoan itu adanya. Dibenakku ada keinginan tuk memanaj hal itu dan meminimalisir yang tidak bermanfaatnya. Alhamdulillah semester tiga aku telah mendapati posisi penting di kepanitiaan. Dan mulailah aku melakukan misi itu.

  28. rumahsehatafiat berkata:

    Ya datang ke kampus dan berikan masukan bikin acara yang menarik dan jauh dari kekerasaan. Wah dikampus saya , insya Allah tanpa kekerasaan.salam sehat silahkan kunjungi ada artikel lanjutan

  29. Ifan Jayadi berkata:

    Saya juga mengalami hal yang sama waktu kuliah dulu. Rasanya amat tidak menyenangkan dan membuat kita tertekan. Mudah2an MOS kedepannya lebih mengutamakan hal2 yang berbau edukasi

  30. tyan's berkata:

    Dari hal tersebutkan juga ada baiknya….,
    ambil yang baiknya saja yang buruknya di tinggalkan saja…,

  31. saenake berkata:

    kebetulan ospek di kampus saya sangat berbeda dengan tempat lain , tidak ada kekerasan , senioritas dan semacamnya . ospeknya religius dan benar-benar menyesal kalau tidak ikut.

  32. BlogCamp berkata:

    Perpeloncoan jangan menjadi ajang balas dendam dibidang kebrutalan agar tak menimbulkan korban.
    Arahkan perploncoan untuk menyaipkan siswa menghadapi prosess belajar-mengajar.
    Membersihkan sekolahan kan juga bisa dijadikan agenda perpeloncoan, diselingi menyanyi,dll.
    salam hangat dari Surabaya

Tinggalkan komentar